Selasa, 16 Juli 2013

Asuhan Keperawatan Striktur Uretra (KMB)

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan barokah-Nya, Makalah Asuhan Keperawatan dengan gangguan system perkemihan Striktur Uretra ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung.
            Makalah ini merupakan tugas mata kuliah diberikan oleh dosen mata kuliah keperawatan medical bedah (KMB) oleh ibu Ika Nurwahyuni s.kep. NS untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kurikulum pendidikan keperawatan.
            Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan masyarakat umum dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system perkemihan dan mengaplikasikan pada tatanan klinik baik dirumah akit, pusat-pusat pelayanan kesehatan maupun dimasyarakat melalui upaya home health care, sehingga tercapai pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang professional dan berkualitas.
            Penulis menyadari makalah ini maih terdapat kekurangan baik materi maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga dengan terbitnya ilmu yang dapat memberikan khazanah dan bermanfaat bagi semuanya. Amien.

Tolitoli, 16 April 2013

Penulis
Rustam
Risnawati
Nusriadi
Rahmayana


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………...…………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2
TINJAUAN TEORI MEDIS
A.    PENGERTIAN…………………………………………………………..……………3
B.     ETIOLOGI……………………………………………………………………………3
C.     PATOFISIOLOGI……………………………………………………….……………3
D.    GEJALA KLINIK……………………………………………………………...……..5
E.     KOMPLIKASI…………………………………………………….…….……………5
F.      TEST DIAGNOSTIK………………………………………………….……………..4
G.    PENATALAKSANAAN……………………………………………………………..4
TINJAUAN TEORI MEDIS
A.    PENGKAJIAN………………………………………………….…………………….6
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………….…………..8
C.     INTERVENSI DAN RASIONAL………………………………...…………………..9
D.    EVALUASI……………………………………………………………………….….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...................................................15







TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Pengertian
            Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontriksi.  ( Toto Suharyanto, Abdul Majid Hal 271 )
            Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan kontraksi.  
 (C. Smeltzer, Suzanne ;2002hal 1468)
2. Etiologi
            Penyebab striktur uretra umumnya adalah cedera uretral, diantaranya :
a.       Cidera akibat insersi peralatan bedah selama operasi transurethral, pemasnagan kateter atau prosedur sistoskopi.
b.      Cedera akibat peregangan.
c.       Cedera yang berhubungan dengan kecelakaan.
d.      Uretritis gonorhoe yang tidak ditangani.
e.       Abnormalitas congenital.
3. Patofisiologi
            Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosabuli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari epitelkolumnar, kecuali pada daerah dekatorifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringanikat) yang tidak sama dengan semula.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.


4. Gejala  klinik
            a. kekuatan pancaran urin berkurang
            b. jumlah urin berkurang
            c. retensi urin
d. menimbulkan gejala infeksi misalnya sistitis, prostatitis, dan pielonefritis, karena  striktura uretra menyebabkan urin mengalir balik.
5. Komplikasi
            Striktur uretra menyebabkan retensi urin di dalam kantung kemih.Penumpukan urin dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi,yang dapat menyebab ke kantung kemih, prostat, dan ginjal. Abses di atas lokasistriktur juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan uretra dan jaringandi bawahnya.Selain itu, resiko terjadinya batu kandung kemih juga meningkat, timbulgejala sulit ejakulasi, fistula uretrokutaneus (hubungan abnormal antara uretradengan kulit), dan gagal ginjal (jarang).
6. Test diagnostic
1.      Urinalisis:  warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar,  bakteria.
2.      Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
3.      BUN/kreatin: meningkat
4.      Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat fotoiolar (sisto) uretrografi.
5.      Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaransaat miksi
6.      Uretroskopi: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal  672)

7. Penatalaksanaan
            Penanganan dapat mencakup dilatasi secara bertahap terhadap area yang menyempit
 ( menggunakan logam yang kuat atau bougies ) atau secara bedah.
            Jika striktur menghambat pasase kateter, maka menggunakan beberapa filiform bougies untuk membuka jalan. Ketika salah satu bougie mampu mencapai kandung kemih, kemudian dilakukan fiksasi, dan urine di drainase dari kandung kemih. Jalan yang telah terbuka tersebut kemudian didilatasi dengan menggunakan alat pendilitasi yang mengikuti filiform  sebagai petunjuk.
            Setelah dilatasi dapat dilakukan rendam duduk menggunakan air panas dan analgesic non-narkotik untuk mengendalikan nyeri. Pemberian antimicrobial ( antibiotic ) diresepkan untuk beberapa hari setelah dilatasi.
            Eksisi bedah atau uretroplasti  diperlukan untuk kasus yang parah. Sistostomi suprapubis mungkin diperlukan untuk beberapa pasien.




















TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan system perkemihan dengan melakukan anamnesa keperawatan dan pemeriksaan  fisik serta pemeriksaan diagnostic.
a.       Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan system perkemihan mencakup tanda dan gejala yang cenderung kearah penyakit pada saluran kemih. Yang meliputi:
1)      Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan distensi mendadak pada kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan sebagai rasa sakit yang tumpul pada sudut kostovertebral ( daerah yang berbentuk oleh selubung iga dan kolumna vertebralis ) dan rasa sakit ini dapat menjalar sampai ke umbilicus.
            Kelainan ureter akan menimbulkan rasa nyeri didaerah punggung dan menjalar ke abdomen, paha bagian atas, testis atau labium. Nyeri dibagian pinggang yang menjalar ke abdomen bawah ataau epigastrium, dan sering disertai mual, muntah, serta ilius paralitik dapat menunjukkan adanya kolik renal.
            Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin berkemih, tenesmus ( nyeri ketika mengejan ), dan disuria terminal ( nyeri pada akhir berkemih ).
            Nyeri meatus uretra akan terjadi pada iritasi kandung kemih atau uretra yang disebabkan oleh infeksi ( uretritis ), trauma atau adanya baenda asing dalam saluran perkemihan bagian anterior ( depan ).
2)       Perubahan pada eliminasi  ( pengeluaran ) urin
Eliminasi urin atau mikturisi biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6 kali sehari dan kadang kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu membentuk dan mengeluarkan urin sebanyak 200-1500 ml dalam waktu 24 jam.
            Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering berkemih, inkontinensia ( tidak mampu menahan kemih ), poliuria ( sering berkemih ), oliguria ( sedikit berkemih ), dan hematuria ( air kemih mengandung darah ).
3)      Gejala gastrointestinal ( saluran pencernaan )
Hubungan anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput pancreas, hati dan kandung empedu dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Kedekatan ginjal kiri dengan kolon, lambung, dan pancreas limpa juga menimbulkn gejala intestinal. Gejala ini mencakup mual, muntah, diare, gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius paralitik.
4)      Riwayat keperawatan
pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang berhubungan dengan fungsi ginjal dan saluran perkemihan:
a.       Keluhan utama klien atau alas an utama mengapa dating kerumah sakit atau dokter/perawat.
b.      Adanya rasa nyeri: lokasi, karakter, durasi dan factor yang memicunya.
c.       Riwayat infeksi saluran perkemihan:
(1)   Terapi dan perawatan dirumah sakit yang pernah dialami.
(2)   Adanya gejala panas atau menggigil
(3)   Riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
d.      Gejala kelainan buang air kemih
(1)   Disuria: nyeri pada saat akan berkemih, kapan keluhan ini terjadi.
(2)   Hesistansi: nyeri selama dan sesudah berkemih
(3)   Inkontinensia
e.       Riwayat salah satu keadaan berikut ini:
(1)   Hematuri: perubahan warna atau volume urin.
(2)   Nokturi ( sering berkemih di malam hari , kapan dimulainya.
(3)   Riwayat penyakit pada masa anak-anak sepertiimpetigo atau sindrom nefrotik.
(4)   Riwayat batu ginjal
(5)   Riwayat penyakit diabetetes mellitus , hipertensi, trauma abdomen, cedera medulla spinalis, atau kelainan neurologi lain.
f.       Adanya riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual.
g.      Riwayat penggunaan obat-obatan.
h.      Riwayat merokok.
i.        Riwayat penyalagunaan obat atau alcohol.

b.      Pemeriksaan Fisik
Gangguan fungsi ginjal mempengaruhi semua system tubuh, sehingga diperlukn pengkajian yang menyeluruh. Disamping itu, pengkajian tersebut secara spesifik harus berfokus pada saluran perkemihan.
Tehnik pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan system perkemihan:
1)      Inspeksi
Inspeksi pada daerah muka dan ekstermitas. Untuk menemukan gejala edema yang menunjukkan retensi caiaran.
Inspeksi daerah inguinal untuk menemukan pembesaran nodus limfatikus, hernia inguinal atau femoral.
2)      Palpasi
Palpasi dapat langsung membantu menentukan ukuran dan mobilitas ginjal.
Tehnik palpasi pada ginjal adalah sebagai berikut:
a)      Atur posisi klien terlentang atau supinasi, pemeriksaan meletakkan salah satu tangannya dibelakang pinggang klien dengan jari-jari tangan yang tidak mengenai iga bagian bawah.
b)      Tangan yang lain ( telapak tangan menghadap ke bawah ) ditempatkan disebelah anterior ( depan ) ginjal dengan jari-jari tangan tepat diatas umbilicus.
c)      Klien diminta untuk menarik nafas dalam dan tangan pemeriksa yang berada disebelah anterior ditekan kedepan.
d)     Rasakan bahwa tangan menyentuh kutub ginjal yang licin dan bulat diantara  kedua belah tangan; ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan yang kiri.

2.      Diagnose keperawatan
a.       Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine
b.      Perubahan eliminasi urin b/d stimulasi kandung kemih, iritasi ginjal atau uretra, obstruksi mekanik, inflamasi atau trauma jaringan
c.       Retensi urine ( akut/kronik ) b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat, ketidakmampuan kandung kemih untuk bermkontraksi secara adekuat.
d.      Nyeri akut b/d iritasi mukosa kandubg kemih, spasme otot, trauma jaringan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretra
e.       Perubahan nutrisi ( resiko tinggi ) : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah, peningkatan kebutuhan metabolik, pembatasan diet.
f.       Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi
3.      Perencanaan dan implementasi keperawatan
a.       Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine
Perencanaan dan implementasi
Rasional
·         Pantau nadi dan tekanan darah, serta central Venous pressure
 ( CVP )





·         Batasi cairan sesuai indikasi




·         Rencanakan pengantian variasi cairan daalam pemberian. Berikan minuman yang disukai.

·         Auskultasi paru dan bunyi jantung.



·         Pasang atau pertahankan kateter sesuai indikasi.



·         Pantau hasil-hasil pemeriksaan laboratorium seperti BUN, kreatinin, elektrolit, Hb/Ht.


·         Kolaborasi pemberian obat diuretic ( furosemid/lasix ).


·         Kolaborasi pemberian obat antihipertensi                                  ( catapres,metildopa, prazosin )


·         Kolaborasi pemberian obat antihipertensi ( catapres, metildopa, prazosin ).
·         Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal mengeluarkan urin; pemberian cairan berlebihan selama pengobatan hipovolemia;perubahan fase oliguri.

·         Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sumber ditambah insensible water loss.

·         Membantu menghindari periode tanpa cairan; menurunkan rasa haus.

·         Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan gagal jantung yang dibuktikan adanya suara paru tambahan dan bunyi jantung ekstra.
·         Kateterisasi mengeluarkan obstruksi saluran bawah dan memudahkan pengawasan akurat pengeluaran urin.

·         Mengkaji adanya disfungsi ginjal, hipo/hipernatremia, hipo/hiperkalemia, dan adanya anemia.

·         Untuk melebarkan lumen tubular, menurunkan hiperkalemia, dan meningkatkan pengeluaran urine.

·         Untuk melebarkan lumen tubular, menurunkan hiperkalemia, dan meningkatkan pengeluaran urine.


·         Diberikan untuk mengatasi hipertensi akibat dari kelebihan volume cairan.

b.      Perubahan eliminasi urin b/d obstruksi mekanik
Perencanaan Dan Implementasi
Rasional
·         Pantau masukan dan pengeluaran serta karakteristik urin.


·         Dorong untuk meningkatkan pemasukan cairan.





·         Pantau hasil pemeriksaan laboratorium : elektrolit, BUN, kreatinin.
·         Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan indikasi ( misalnya diamox, HCT, kalium atau natrium fosfat, biknat, dan antibiotic.





·         Pasang atau pertahankan kateter sesuai indikasi.

·         Siapakan klien untuk prosedur pemeriksaan endoskopi.
·         Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Contoh infeksi dan perdarahan.
·         Kaji adanya keluhan nyeri kandung kemih: palpasi adanya distensi suprapubik, dan perhatikan penurunan haluaran urin dan adanya edema periorbital.


·         Peningkatan BUN dan kreatinin serta elektrolit menandakan disfungsi ginjal.
·         Diamox dapat meningkatkan pH urin; HCT digunakan untuk mencegah statis urin; K atau Na fosfat untuk menurunkan pembentukan batu fosfat; biknat untuk mencegah pembentukan batu kalkuli akibat alkalinisasi urin; dan antibiotic untuk mengobati infeksi.

·         Memudahkan pemantauan akurat pengeluaran urin.

·         Supaya klien siap dan tidak cemas.

c.       Retensi urine ( akut/kronik ) b/d obstruksi mekanik
Perencanaan dan implementasi
Rasional
·         Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan saat ada keinginan.

·         Observasi aliran urin perhatikan ukuran dan kekuatan.


·         Anjurkan klien untukminum sampai 300 ml sehari, jika masih toleransi.


·         Perkusi/palpasi area suprapubik.


·         Pantau tanda vital, edema, perubahan mental dan timbang berat badan tiap hari.

·         Berikan rendam duduk sesuai indikasi.


·         Kateterisasi untuk residu urin dan pertahankan kateter sesuai indikasi.
·         Irigasi kateter sesuai indikasi
·         Meminimalkan retensi urine dan distensiberlebihan pada kandung kemih.

·         Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.

·         Peningkatan cairan mempertahankan perfusi ginjal serta kandung kemih dari bakteri.


·         Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.

·         Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminsi cairan dan akumulasi sisa toksik.
·         Meningkatkan relaksasi otot,penurunan edema,dan dapat meningkatkan upaya berkemih.

·         Menghilangkan / mencegah retensi urin.

·         Mempertahankan patensi aliran urine.
       
d.      Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretra
Perencanaan dan implementasi
Rasional
·         Kaji nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas nyeri.


·         Berikan rasa nyaman ( sentuhan terapiutik perubahan posisi, pijatan/kompres hangat pada punggung) dan dorong penggunaan tehnik relaksasi ( latihan nafas dalam, visualisasi atau imagery).

·         Kolaborasi pemberian obat analgetik, antispasmodic dan kortokosteroid.



·         Nyeri tajam, intermiten sekitar kateter menunjukkan spasme kandung kemih.

·         Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.




·         Menurunkan rasa nyeri akut dan meningkatkan relaksasi otot. Anti spasmodic dapat menurunkan spasme otot. Sedangkan kortikosteroid dapat menurunkan edema jaringan.

e.       Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Perencanaan dan implementasi
rasional
·         Kaji tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakit, prognosis dan pengobatan yang belum diketahui.

·         Diskusikan tentang proses penyakit, prognosis dan pemeriksaan dan pengobatan yang akan diberikan.
·         Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan informasi.


·         Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya, prognosis dan program pengobatan.

4.      Evaluasi Keperawatan
a.       Haluaran urine tepat, dengan berat jenis ( hasil pemeriksaan laboratorium ) mendekati normal; berat badan stabil; tanda vital dalam batas normal; tidak ada edema.
b.      Buang air kecil dengan pola dan jumlah yang normal tanpa adanya obstruksi
c.       Buang air kecil yang cukup dan tak teraba adanya distensi kandung kemih.
d.      Rasa nyeri klien hilang atau berkurang atau terkontrol dengan menunjukkan keterampilan relaksasi, tampak rileks dan istirahat/ tidur dengan nyaman.
e.       Klien menyatakan mengetahui proses penyakit, prognosis dan pengobatan.

















DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperwtan Medical Bedah, Jakarta, 1997.
Suharyanto Toto, Madjid Abdul, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Perkemihan, Jakarta, 2009.
www. Google. com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar